15 Peraturan Suci


1. Menghormati Buddha - zūn jìng xiān fó - 尊 敬 仙 佛 Kalian menghormati Buddha, bukan berarti hanya menghormati Buddha yang kelihatan saja, tetapi juga harus menghormati Buddha dalam hati kalian (rohani sejati). Kalian sangat menghormati Buddha yang ada di vihara, tetapi bagaimana dengan "Buddha" yang berada dalam hati kalian? Apakah kalian menghormatinya dengan sungguh-sungguh? Setiap kalian ada masalah, pasti terpikir untuk memohon petunjuk Para Buddha, tetapi apakah kalian pernah berpikir, tidak memohon petunjuk diri sendiri, yang berada dalam hati kalian?

Buddha mengatakan "Hati itu Buddha", "Hati adalah Buddha", Buddha yang sejati sesungguhnya berada dimana? Buddha sesungguhnya berada dalam hati kalian! Asalkan apa yang kalian kerjakan, ke dalam tidak meninggalkan hati nurani, keluar tidak bertentangan dengan sikap perbuatan Buddha! Jika segalanya sesuai Hakekat Kebenaran, segalanya tidak menentang hati nurani, ini barulah benar-benar menghormati Buddha! Seperti Nabi Yen Hui (Murid Nabi Kong Hu Cu) yang mencapai kesucian, dia mendapatkan satu kebajikan dan memegangnya dengan teguh, dengan teguh "memegangi" serta "memeluk" dengan setulus hati berarti menghormati Buddha dalam diri. Lalu mengapa Dia mau memegang dengan teguh?

Karena Dia menyadari bahwa kehidupan ini sangat singkat, segala hal di dunia ini tidaklah kekal, sehingga Dia hendak memakai kesempatan untuk menjalankan kebaikkan, untuk mengumpulkan kebajikan, serta menggunakan kesempatan untuk berbuat amal jasa pahala dan memupuk kebajikan. Nabi Yen Hui sangat cerdas, Dia tahu bahwa manusia sulit hidup sampai usia 100 tahun, maka Dia tidak membina yang di "luar" tidak melihat yang di "luar" hanya sepenuh hati membina dan melihat ke "dalam" pada Buddha-Nya, dengan sungguh hati mengubah sifat dan tabiat buruk. Maka, barulah Dia dapat membina sampai tahap "tidak melampiaskan emosi dan tidak melakukan kesalahan untuk kedua kalinya" sehingga pada usia 32 tahun, Dia sudah berhasil menjadi Orang Suci yang luar biasa.

Bila Dia tidak membina ke "dalam" dirinya, dan menghormati "Buddha" dalam dirinya, dapatkah Dia berhasil seperti ini? Demikian juga dengan Nabi Ceng Ce, Dia sama-sama menjalankan pembinaan, dan pernah berkata: "Saya setiap hari mengoreksi diri akan 3 hal, apakah setia dalam sikap perbuatan? Apakah dapat dipercaya dalam pergaulan dalam berteman? Apakah sudah menghayati segala ajaran yang di terima?" Hal ini setiap hari diinstropeksikan olehnya adalah, apakah Saya dalam mewakili orang merencanakan dan melakukan pekerjaan, sudah dengan sepenuh hati dan tenaga? Dalam pergaulan dengan teman-teman, apakah saya ada sesuatu yang belum cukup tulus dan belum cukup mencerminkan kepercayaan? Segala sesuatu yang diajarkan Guru kepada Saya, apakah Saya sudah benar-benar mempelajari dan menghayatinya?

Tapi mereka berdua (Nabi Yen Hui dan Nabi Ceng Ce), dalam pedoman pembinaan diri, yang satu adalah menuju ke dalam, yang satu adalah menuju keluar, dan hanya karena sedikit perbedaan ini, menyebabkan keberhasilan mereka di kemudian hari dengan sendirinya, ada yang tinggi dan ada yang lebih rendah sehingga berada dalam tingkatan yang tidak sama. Kalau kamu membina ke "dalam" dan menjadikan pembinaan rohani sebagai pedomannya, dengan sendirinya tingkatan keberhasilanmu akan tinggi juga, tetapi bila kamu membina ke "luar" dan lebih mementingkan wujud penampilan luar, maka tingkat keberhasilanmu dengan sendirinya akan lebih rendah. Meskipun kelihatannya hanya sedikit perbedaannya, tetapi perlu diingat bahwa sedikit perbedaan ini (pembinaan ke dalam dan keluar) seperti yang dikatakan "Perbedaan yang sangat sedikit, bedanya sedemikian jauh!".

Lihatlah, Nabi Yen Hui yang setiap waktu sedemikian bersungguh hati mengubah sifat dan tabiat buruknya, membina hati, memupuk kebajikan dalam, juga memakai kesempatan untuk berbuat amal jasa, menjalankan kebenaran, dan selalu berhati-hati (mawas diri), takut berbuat kesalahan, bersikap bagaikan masuk ke dalam kolam air yang paling dalam, dan melintasi lapisan es yang tipis, khawatir diri sendiri berbuat kesalahan yang sedikit sekalipun, selalu dan setiap waktu mengoreksi diri sendiri, menjadikan kesadaran diri sebagai guru penuntunnya, oleh sebab itulah, Dia dalam kehidupannya yang singkat, berhasil mencapai Seorang Suci yang luar biasa. Dan Nabi Ceng Ce, Dia juga membina hati dan menitikberatkan sikap perbuatan luar terhadap orang dan segala bentuk masalah luar, maka dalam mencapai tingkatan Orang Suci, bagaimanapun juga ada sedikit perbedaannya.

Oleh sebab itu, murid-murid sekalian! Kalian harus mempergunakan kesempatan emas pada akhir jaman stadium ke 3 ini dengan baik-baik menghormati "Buddha" dalam diri sendiri, dalam 24 jam sehari, berpokok pada rohani diri, yaitu selalu memegang erat jalan tengah kebenaran, dan juga dengan bersungguh hati, membina diri sesuai Hakekat Kebenaran, Majulah kalau memang sesuai dengan Hakekat Kebenaran, dan mundurlah kalau tidak sesuai dengan Hakekat Kebenaran. Pada saat kamu mencapai puncak dari menghormati "Buddha" dalam dirimu, berarti juga mencapai tingkat rendah hati hingga melupakan diri sendiri (kepentingan diri egois), yaitu pada saat di dalam hatimu hanya adea TAO tiada ke-akuan, pada saat itu, kamu telah mencapai tahap "tiada saya dan kamu, tiada benar atau salah" dan pada keadaan "hati jernih tanpa nafsu keinginan" seketika melupakan aku, "hanyalah ada sebuah hati KeTuhanan", "tiada aku dan kamu", saat itulah, murid-murid tercinta "Buddha" dalam diri kalian tertampil keluar, ini baru sungguh-sungguh dikatakan menghormati Buddha.

 

2. Mematuhi Pendahulu Menuntun Umat - zūn qián tí hòu - 遵 前 提 後

Apa yang dimaksud mematuhi (menghormati) yang di depan (前 Qian)? Apa yang dimaksud membimbing yang di belakang (後 Hou)? Yang dimaksud dengan di depan yaitu para pendahulu, yang di belakang adalah para umat yang belakangan. Orang yang bagaimana baru layak disebut para pendahulu? Orang yang bagaimana, baru benar-benar dikatakan sebagai umat yang belakangan? Murid-muridKu, kalian semua mengatakan bahwa orang yang memohon Jalan KeTuhanan (Qiu Tao) lebih awal disebut pendahulu, yang mendapat misi terlebih dahulu disebut pendahulu. Yang menjadi pengajak 引師, penanggung 保師, pandita 點傳師, kesemuanya ini disebut para pendahulu, betulkah demikian?

Apakah yang kalian kenal hanya para pendahulu di kalangan KeTuhanan dan yang berwujud luar saja? Perlu kalian ketahui, yang mempunyai kebajikan cukup, yang berkearifan tinggi, yang sikap dan perkataannya cukup baik dalam melayani umat manusia dan orang banyak, dapat menjadi contoh teladan umat banyak, dapat membimbing orang banyak, barulah layak dan patut disebut sebagai pendahulu. Karena adanya pendahulu yang demikian berwibawa yang patut dihormati banyak orang, sehingga membuat umat manusia benar-benar mematuhi dan mengikuti dari dalam hatinya!

Tetapi kalau sebaiknya, kebajikanmu tidak cukup, kearifanmu tidak memadai, lalu dengan arah yang tidak menentu membimbing umat yang juga tidak mengerti (bagai orang buta membimbing banyak orang buta), saling bergandengan ke dalam api, jika demikian bagaimana dapat benar-benar membimbing umat manusia kembali ke Nirwana? Apalagi engkau tidak dapat membimbing umat manusia kembali ke Nirwana, lalu bagaimana kamu layak disebut sebagai pendahulu?

Selanjutnya, siapakah sebenarnya yang disebut umat yang belakangan (hou xue 後学)? Apakah umat yang belakangan memohon Jalan KeTuhanan (qiu Tao)? Yang belakangan menerima misi (jabatan) KeTuhanan? Yang menjadi orang yang diajak dan ditanggung? Murid-muridKu, waktu sudah sampai pada akhir jaman, kalau kalian masih saja belum dapat menerobos segala yang berwujud dan kembali pada rohani yang sejati, serta hanya terikat pada nama dan wujud saja, kalau demikian bagaimana kalian dapat benar-benar melepaskan keterikatan dan dengan sesungguhnya mengenali rohani diri yang berasal dari 老㊥ LAO MU.

Murid-muridKu, semua orang yang masih dalam tahap mempelajari, membina diri dan menjalankan KeTuhanan yang belum dapat terlepas keluar dari tumimbal lahir, dari kelahiran dan kematian adalah Hou Xue (orang yang belakangan)! Semuanya masih merupakan umat manusia yang perlu meminjam Hakekat Kebenaran dan petunjuk dari Para Buddha dan Bodhisatva agar dapat keluar dari ketersesatan menuju penerangan!

Murid-murid sekalian, coba katakan di antara kalian, siapa yang benar-benar dapat disebut sebagai pendahulu? dan siapa yang dapat disebut bukan hou xue? Maka yang benar-benar dimaksud dengan mematuhi pendahulu dan membimbing yang belakangan yaitu kalian harus meneladani dan mengikuti langkah Para Suci dan Budiman, menghormati orang yang mempunyai kebajikan dan belajar darinya, dan juga harus rendah hati dan tidak emosional, membantu umat manusia sehingga membuat semua orang yang berjodoh dengan kalian, mendapat dukungan, bantuan agar mereka benar-benar dapat melampaui keduniawian dan menuju kesucian serta terlepas dari reinkarnasi!

Terhadap para pendahulu dalam kalangan KeTuhanan, lebih dahulu memohon Jalan KeTuhanan, menerima misi dan mempunyai kelayakan lebih dulu dari saya, apabila kamu memahami Hakekat "Mendapatkan Jalan KeTuhanan ada yang duluan dan belakangan", selain itu, juga membina diri dengan sesungguh hati, menghormati semua orang, kalau demikian, bagaimana mungkin kalian tidak menghormati dan menghargai mereka ini? dan juga bagaimana bisa tidak mendengar dan mematuhinya dalam melaksanakan pekerjaan?

Dan terhadap orang-orang yang belakangan memohon Jalan KeTuhanan dari saya, yang memerlukan bantuan dan bimbingan dari, jika kita mempunyai hati welas asih dan semangat meneladani Para Buddha, bagaimana mungkin tidak memiliki hati yang sungguh-sungguh untuk mendukung dan memperhatikan mereka?

Oleh sebab itu, mematuhi pendahulu dan membimbing yang belakangan sebenarnya adalah menghendaki kita belajar untuk melepaskan ke-akuan, menghormati pendahulu, mendukung umat yang belakangan, dan berwelas asih terhadap semua orang yang berjodoh!

 

3. Tegak dan Berwibawa (zhāi zhuāng zhōng zhèng - 齋 莊 中 正)

Apa yang dimaksud tegak berwibawa? Apakah dengan memakai pakaian yang rapi dan menata rambut dengan rapi, pada sat kau datang ke vihara dengan penampilan yang berwibawa dan baik, itu sudah disebut tegak berwibawa? Apabila hatimu tidak bersih, hati dipenuhi segala nafsu keinginan, mata suka memandang yang "indah", hidung suka mencium yang "wangi", mulut selalu ingin makan yang "enak", telinga suka mendengar yang "merdu", badan berkeinginan tidur pada ranjang yang "empuk", ingin berpakaian yang bagus pikiran juga suka memikirkan segala sesuatu timbul pikiran yang tidak-tidak jika demikian halnya, bisakah dikatakan tegak berwibawa?

Maka, jika hanya membina penampilan luar saja, tidak membina kebajikan dalam, membiarkan mata, telinga, hidung, lidah, badan, dan niat dipenuhi debu-debu duniawi, maka meskipun kamu memakai pakaian yang bersih dan sikap penampilan luar yang berwibawa sekalipun, tetap tidak dapat dikatakan tegak berwibawa dalam arti yang sesungguhnya.

Oleh sebab itu, tegak berwibawa bukan terletak pada kerapian rambut dan pakaian atau penampilan sikap luar yang berwibawa saja, tetapi pada ketegakan dalam hatimu. Mata, telinga, hidung, lidah, badan dan niat pun harus tegak dan bersih, dengan kata lain kalau kamu sampai pada tiadanya kegalauan pikiran dan banyaknya niat, kemudian selalu menjaga kebersihan dan kewibawaan diri, itu baru benar-benar merupakan tegak berwibawa.

Oleh karena itu, bagaimana kalian harus mewujudkan tegak berwibawa tersebut? Bukankah pertama-tama harus menegakkan diri sendiri terlebih dahulu, barulah dapat menegakkan orang lain? Apabila ingin menegakkan diri, bukankah harus mengembalikan kejernihan hati asal terlebih dahulu, barulah kemudian dapat menggugah orang lain dan mempengaruhinya?

Yang kedua pada saat hati asalmu kembali mendapat penerangan dan memancar keluar, kamu masih tetap harus memegang tata krama (kesusilaan) ini, bertutur kata sesuai Hakekat Kebenaran, bersikap dan berprilaku sesuai dengan tata krama. Bila demikian baru dapat mempengaruhi dan membimbing saudara sedharma. Dengan menerapkan sikap perbuatan yang tegak berwibawa dan sesuai Hakekat Kebenaran ini, untuk menerima orang lain dan menjadi teladan untuk orang lain.

Hendaknya kalian mengetahui bahwa pada akhir jaman ini, jika hanya membahas soal dharma saja sudah tidak ada gunanya lagi, TAO pun pada dasarnya diungkapkan bukan lewat kata-kata yang diucapkan saja, tetapi dengan menjalankannya, lalu bagaimana cara menjalankannya?, yaitu dengan rohani diri yang cemerlang ini menampilkan sikap perbuatan yang tegak dan berwibawa, sehingga perkataan dan perbuatan diri berpokok dan sesuai dengan tata krama.

 

4. Mematuhi Peraturan dan Mengikuti Tata Tertib (xún guī dǎo jǔ - 循 規 蹈 矩)

Apa yang dimaksud mematuhi peraturan?
Apa yang dimaksud mengikuti tata tertib?
Sesungguhnya hendak mematuhi peraturan apa?
Dan mengikuti tata tertib apa?
Yang disebut dengan mematuhi peraturan, yaitu menjalankan sesuai dengan Peraturan Suci yang harus dipatuhi dan dipegang teguh.

Dan yang disebut dengan mengikuti tata tertib, yaitu setiap orang dapat menjalankan dan berbuat sesuai dengan posisi dan keadaanya, dapat dengan sungguh-sungguh dan apa adanya menjalankan sesuai dengan keadaan dan posisi diri, inilah yang disebut mematuhi peraturan dan mengikuti tata tertib. Lalu mengapa masih harus menetapkapkan Peraturan Suci vihara? Karena kalian sudah memohon Jalan KeTuhanan (qiu Tao) setelah memohon Jalan KeTuhanan sebenarnya masih harus berbuat apa? Hendak menjadi Buddha dan mencapai kesucian? betulkah begitu?

Kalau memang demikian, jika kamu tidak menjalankan sesuai peraturan, bisakah mencapai tingkat KeBuddhaan, dan Kesucian? Lalu dalam kehidupan sehari-hari engkau tidak mau menjalankan sesuai posisi diri, kalau demikian, dapatkah kamu mencapai Buddha dan Kesucian ? Oleh sebab itu, setiap orang menjalankan sesuai dengan kondisi dan keadaan diri yaitu dengan mematuhi peraturan dan tata tertib adalah persyaratan paling pokok.

Peraturan Suci ditetapkan dengan sedemikian baik, tetapi kalian malahan tidak menjalankan sesuai peraturan yang ada. Murid-muridKu! Coba kalian katakan, apakah dengan berbuat demikian, dapat menjadi Buddha dan mencapai kesucian? Misalkan, larangan untuk berbicara, sudah digantungkan di dinding dan sudah ditetapkan oleh pandita, dan orang yang mengatur juga sudah menentukan demikian, semuanya kelihatan acuh tak acuh dan tetap saja curi-curi berbicara, apakah yang demikian disebut mematuhi peraturan dan mengikuti tata tertib?

Demikian juga halnya dengan pandita, dia bagaikan orang tua yang melahirkan kita, hal-hal yang biasanya ditetapkan oleh pandita adalah sesuai dengan Hakekat Kebenaran tetapi kalian tidak mau mematuhinya, hanya mau mendengarkan perkataan Para Buddha saat datang meminjam raga Tri Duta, dengan demikian bukankah kalian menjadi terikat pada wujud rupa dan mempunyai hati yang membeda-bedakan? Oleh sebab itu, tidak peduli bagaimana pandita menetapkannya, asalkan sesuai dengan Hakekat Kebenaran, semua harus menjalankannya, inilah yang disebut mematuhi dan mengikuti peraturan dan tata tertib.

Tetapi mematuhi dan mengikuti tata tertib, bukan hanya mematuhi dan memegang teguh peraturan suci bagian luar saja, kalian masih perlu bertanya, apakah diri kalian sendiri selalu mematuhi dan mengikuti Peraturan Suci Vihara dalam hati kalian dan menjalankan sesuai dengan peraturan yang ada? Lalu apa peraturan suci dari "vihara" dalam diri ini? Itulah yang dikatakan "Manusia terlahir dengan rohani (hati) yang baik hati dan suci", yaitu hati nurani yang dimiliki oleh setiap insan manusia.

Bertanyalah pada dirimu sendiri, apakah sebagai seorang manusia dalam mengerjakan segala hal telah sesuai dengan hati nurani? Apakah berdasarkan "peraturan hati nurani"? Apakah dengan sungguh hati dalam melayani orang lain? Apakah mempunyai hati yang welas asih? Hati nuranimu adalah peraturan sucinya! Membina dan menjalankan KeTuhanan bukan melihat penampilan luar saja, melainkan harus menilik ke dalam, memang peraturan suci "luar" harus ditaati, tetapi peraturan suci yang ada di dalamhati harus sering digosok, jangan biarkan dirimu menentang hati nuranimu, ini baru dikatakan benar-benar mematuhi peraturan dan mengikuti tata tertib.

 

5. Rela Memikul Tanggung Jawab (zé rèn fù qǐ - 責 任 負 起)

Tanggung jawab, apa yang dimaksud dengan tanggung jawab? Yaitu tanggung jawab jabatan (misi), pekerjaan, juga posisi dan pekerjaan diri yang seharusnya dijalankan sepenuh hati oleh setiap murid. Murid-muridKu, coba kalian katakan, setiap murid pancaran putih, memiliki tanggung jawab yang bagaimana? dan misi yang bagaimana? Bukankah mempunyai misi KeTuhanan? Juga mempunyai tugas dan tanggung jawab di dunia? Yang dimaksud dengan misi KeTuhanan adalah menyelamatkan semua benih-benih Buddha agar dapat kembali ke asal mula, kembali ke Nirwana.

Yang dimaksud dengan tugas dan tanggung jawab di dunia adalah membimbing dan mengubah hati umat manusia, memasuki dunia aman tentram, agar semua orang mempunyai perilaku dan sikap yang luhur, keluarga bahagia dan masyarakat yang harmonis dan damai.

Murid-muridKu, coba katakan, tanggung jawab yang demikian ini, berat atau tidak? berharga atau tidak? Jika kalian semua dapat menjalankan dengan sepenuh hati dan tenaga, "mewakili" TUHAN menyebarluaskan Jalan KeTuhanan ini, mengikuti dan meneladani Para Suci dan Budiman, menegakkan diri lalu menegakkan orang lain, kemudian menampilkan Keberhargaan KeTuhanan (TAO) dalam diri sendiri, dan selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, membuat hati nurani jadi tentram, tanpa ada perasaan bersalah, sehingga dapat membuat bahagia semua orang di dalam keluarga.

Selalu bersyukur, menjadikan masyarakat aman tentram dan damai, agar semua insan manusia bahagia dan gembira, supaya semua benih-benih Buddha dapat mengembalikan sifat rohaninya yang sejati, inilah yang dimaksud dengan memikul tanggung jawab!

Kemudian pada saat paling kritis di akhir jaman ini, kalian harus selalu ingat untuk menjaga dengan baik niat pikiran sendiri, menegakkan sikap perbuatan diri, berhati-hati dengan segala pengaruh yang tidak baik, jangan sekali-kali berlaku demikian hormat dan sopan di vihara tetapi setelah kembali ke rumah, langsung "mengendorkan" diri dan bersikap semaunya, kalau demikianberarti kalian belum dapat menampilkan Hawa KeTuhanan dalam kehidupan sehari-hari, juga berarti belum benar-benar memikul tanggung jawab dalam KeTuhanan!

 

6. Menitikberatkan KeTuhanan Meringankan Duniawi (zhòng shèng qīng fán - 重 聖 輕 凡)

Dalam mengerjakan segala hal, tidak peduli pekerjaan KeTuhanan ataupun pekerjaan lainnya kalau dapat didasarkan pada kepentingan umum dan orang banyak pokoknya, inilah yang dikatakan sebagai mengutamakan KeTuhanan (kepentingan orang banyak), sebaliknya kalau menjadikan kepentingan pribadi sebagai pokoknya, yaitu mengutamakan diri sendiri saja, inilah yang dikatakan sebagai mengutamakan duniawi (kepentingan pribadi).

Oleh sebab itu, segala hal yang mengutamakan kepentingan bagi umat manusia, adalah pekerjaan (urusan) KeTuhanan. Jika dapat mementingkan urusan ini (kepentingan orang banyak), inilah yang dikatakan sebagai mengutamakan KeTuhanan dan meringankan duniawi. Oleh karena itu orang yang benar-benar mengutamakan urusan KeTuhanan dan meringankan duniawi tidak akan hanya memperhatikan dirinya sendiri, mementingkan rasa hormat dan rasa senang orang lain terhadap diri sendiri, ataupun mendapatkan pelayanan dari orang lain.

Orang tersebut hatinya pasti hanya mengutamakan kepentingan umat manusia dan perbuatannya pasti mempertimbangkan dan menitikberatkan kepentingan umum, orang yang demikianlah baru benar-benar dapat melaksanakan sampai mengutamakan KeTuhanan (kepentingan umat manusia) dan meringankan keduniawian (kepentingan pribadi). Lalu apa yang dimaksud "urusan KeTuhanan" yang sebenarnya? dan pekerjaan yang bagaimana yang benar-benar berguna bagi orang banyak? Murid-muridKu, coba kalian katakan, di dalam alam semesta ini selain TAO yang Sejati dan rohani yang sejati, masih ada apalagi yang selamanya tidak akan berubah?

Oleh sebab itu, kalau kalian membantu umat manusia dan membimbingnya dalam melepaskan keterikatan hati, melampaui keduniawian dan memasuki jalan yang menuju kesucian, maka tindakan inilah yang dimaksud dengan mengutamakan kesucian dan meringankan keduniawian yang sesungguhnya. Apabila kamu dapat membina diri, menjunjung tinggi nilai keluhuran diri, menyingkirkan hati egois manusia, dan menampilkan hati nurani, ini juga termasuk mengutamakan KeTuhanan dan meringankan keduniawian yang sesungguhnya.

Jikalau tidak menghilangkan hati manusia yang egois, nafsu keinginan yang terus bergerak, hati nurani yang tersesat, amarah yang muncul setiap saat, bagaimana bisa dikatakan mengutamakan KeTuhanan dan meringankan keduniawian ? dan bagaimana dapat benar-benar melampaui keduniawian dan menuju kesucian? Murid-murid sekalian, apakah masalah-masalah ini telah kalian pikirkan dengan seksama? Karena dalam membina diri dan menjalankan KeTuhanan hanya ada 1 tujuan yang paling mendasar, yaitu melepaskan segala ke-Egois-an (ke-Aku-an ) yang melekat di dalam diri, dan mengembalikan kemurnian asal hati KeTuhanan.

Murid-muridKu, dalam perjalanan membina diri yang berpokok pada pembinaan hati dan menjalankan KeTuhanan dengan sepenuh hati ini, jika kalian tidak memiliki ketulusan hati, kemantapan hati yang tidak berubah, hati yang tidak berkeluh kesah dan tidak dapat menampilkan hati KeTuhanan dan sifat KeBuddhaan, sehingga dengan demikian, bagaimana ini dapat dikatakan benar-benar sebagai mengutamakan KeTuhanan dan meringankan keduniawian?

 

7. Bersikap Hormat, Rendah Hati dan Harmonis (qiān gōng hé ǎi - 謙 恭 和 藹)

Bersikap hormat, rendah hati dan harmonis bukan saja terhadap pendahulu, pandita dan penceramah, tetapi adakah kalian bersikap sama hormat dan santunnya terhadap setiap orang? Kalian sendiri coba pikirkan dengan seksama, sebagai seorang pembina, apakah memang seharusnya besikap hormat, rendah hati dan harmonis terhadap setiap orang? Bagi kalian yang pernah mempelajari kitab Ih Ching pasti mengerti bahwa dalam 64 diagram (pa kua) ada 63 diagram yang di dalam ketidakbaikan (siung) mengandung kebaikan (ci) atau di dalam kebaikan (ci) mengandung ketidakbaikan (siung). Siung artinya tidak baik dan hanya ada 1 diagram, yaitu diagram chien, yang di dalam kebaikan tidak terdapat ketidakbaikan, hanya ada keberuntungan tidak ada malapetaka, mengapa demikian?

Kitab Ih Ching mengatakan :
"Dengan kerendahan hati, seorang budiman akan menemui jalan yang lancarselama hidupnya, yang artinya bila bersikap rendah hati dan harmonis dalam mengerjakan segala hal, maka pekerjaan apapun akan mudah dijalankan, dan pasti ada kelancaran sebagai hasilnya."
Sikap rendah hati dan harmonis itu berasal dari pembinaan diri yang tidak dapat dilakukan dengan suatu keterpaksaan, dan hanyalah orang yang berbudi yang dapat dengan sendirinya dari awal hingga akhir bersikap rendah hati dan harmonis serta tidak menghina atau merendahkan orang lain.

Dalam kitab Ih Ching juga dikatakan "Dalam hakekat hubungan kemanusiaan selalu mencela keangkuhan dan memuji kerendahan hati". Setiap orang selalu membenci orang yang sombong dan menyukai orang yang bersikap rendah hati, oleh sebab itu orang yang dapat memahami kerendahan hati, dia pasti dapat menampilkan keluhuran karakter diri dan juga memperlihatkan kemuliaan nurani. Orang yang demikian kelihatannya rendah hati dan bersahaja tetapi keluhuran dari kepribadiannya yang tinggi tidak dapat tertandingi!

Dan ini juga merupakan kebajikan seorang budiman dimana di dalam dirinya terdapat keluhuran yang paling tinggi, karena dia melepaskan segala ke-aku-an dan menghormati semua umat. Maka bersikap rendah hati, hormat dan harmonis juga merupakan penampilan dari sifat asal rohani sejati, karena sikap rendah hati menandakan tiadanya perbedaan antara kamu dan saya, tidak adanya pikiran yang tidak baik. Dan pada saat itulah baru terlihat perwujudan dari "Aku" yang sebenarnya, yang juga merupakan perwujudan dari sifat asal rohani yang sejati, sehingga orang yang rendah hati, hormat dan harmonis pasti dapat mencapai tingkat KeBuddhaan.

Sebaliknya orang yang sombong, yang merendahkan orang lain, pasti tidak dapat mencapai KeBuddhaan, karena pada saat dia bersikap sombong menandakan belum disingkirkannya ke-aku-an, yaitu keterikatan wujud masih ada. Dan 9 tingkat teratai KeBuddhaan adalah milik dari orang yang bersikap rendah hati, hormat dan harmonis.

Oleh sebab itu, murid-muridKu sekalian bila kalian ingin mencapai KeBuddhaan, bagaimana boleh tidak bersikap rendah hati, hormat dan harmonis?

 

8. Jangan Menyingkirkan Amanat Suci (wù qì shèng xùn - 勿 棄 聖 訓)

Amanat Suci adalah nasehat dan buku yang diamanatkan oleh Para Suci dan juga dapat diartikan sebagai segala nasehat Para Buddha yang tercatat dalam bentuk tulisan dengan kata lain yaitu segala nasehat yang diucapkan oleh Para Suci dan Para Buddha yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Sebenarnya apa saja yang dikatakan Para Buddha? Dalam begitu banyaknya kata-kata dan nasehat, semuanya mengenai hakekat yang menyampaikan bagaimana umat manusia harus membina diri, agar dapat kembali ke Nirwana. Juga berupa kata-kata dan nasehat yang membimbing umat manusia agar mengerti bagaimana cara merubah segala yang menyimpang menuju kebenaran dan dari ketersesatan menuju kesadaran.

Karena Para Suci dan Para Buddha adalah orang-orang yang sudah mencapai kesempurnaan, maka ucapan mereka dapat mewakili TAO dan mewakili Hakekat Kebenaran. Dan setiap kata dan ucapan yang terdapat di dalam Amanat Suci berasal dari sanubari Para Suci, serta merupakan penjelasan dan nasehat yang disesuaikan dengan jodoh dan situasi setiap umat manusia itu sendiri.

Maka kata-kata Para Suci adalah Hakekat Kebenaran, benar-benar berasal dari sifat KeBuddhaan, benar-benar merupakan penuntun yang mulai dan benar-benar sebagai bahtera penuntun yang membawa kembali ke Nirwana. Murid-muridKu sekalian, Amanat Suci demikian berharganya, bagaimana boleh kalian tidak menyayanginya, dan tidak dengan sunguh-sungguh menghayati makna yang terkandung di dalamnya dan menjalankan dengan sekuat tenaga! Lalu apa yang dimaksud dengan "menyingkirkan"? Yaitu tidak boleh dibuang (di sia-siakan), tidak boleh diremehkan dan tidak boleh menjalankan sesuatu yang tidak sesuai dengan petunjuknya.

Karena setiap bagian dari Amanat Suci ataupun Wejangan Suci merupakan curahan hati dan kewelas asihan Para Buddha, dengan sendirinya pasti ada Buddha yang melindungi Amanat Suci tersebut. Kalau kalian membawa serta Wejangan Suci tersebut bersama dirimu, asalkan hatimu tegak lurus, maka tanpa sepengetahuanmua "dia" pun dapat melindungimu, juga bisa menghindarkanmu dari petaka dan cobaan iblis, kalau demikian halnya, bagaimana kalian boleh dengan seenaknya menyingkirkan dan tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang penting?

Kalau Amanat Suci merupakan bimbingan bagi umat manusia untuk menuju Jalan Kesucian dan mencapai KeBuddhaan, lalu murid-murid sekalian, apabila kalian tidak menjalankan sesuai dengan nasehat yang terdapat di dalam Amanat Suci, bagaimana kalian dapat berhasil dalam pembinaan dan benar-benar mencapai tingkat KeBuddhaan! Apalagi Para Buddha semuanya sangat welas asih dan selalu berupaya memikirkan atas masalah besar "kelahiran" dan "kematian" kalian. Demi kalian Para Buddha mencurahkan hatinya, dan kalian bagaimana mungkin tega menganggap enteng, menyia-nyiakan dan tidak menjalankan sesuai Amanat Suci tersebut?

Oleh karena itu, makna sesungguhnya dari "Jangan Menyingkirkan Amanat Suci" adalah memahami kewelas asihan Buddha, mengerti makna dari Amanat Suci dan yang terakhir yaitu mengikuti dan menjalankan, sehingga dapat mencapai Kesucian dan KeBuddhan!

 

9. Jangan Melekat Pada Wujud (mò zhao xíng xiāng - 莫 著 形 相)

Jangan melekat pada wujud berarti tidak melekat pada wujud luar dan tidak tertipu (terperdaya) olehnya. Karena segala benda yang berwujud bukanlah merupakan sesuatu yang sebenarnya, bersifat tidak kekal yang pada akhirnya akan musnah. Kitab Sutra Intan mengatakan: "Segala sesuatu yang berwujud, semuanya adalah halusinasi (bersifat sementara/palsu), jika melihat segala yang berwujud sebagai yang palsu (bukan yang sejati) ini berarti telah menemukan kesejatian.

Oleh karena itu, orang yang tidak dapat menghilangkan kemelekatan pada segala yang berwujud, dan masih tersesat di dalamnya, berarti hati mereka masih berada di dalam alam wujud, alam hawa dan tidak dapat memasuki alam tiada wujud (Nirwana).

Lalu umat manusia yang tersesat tidak dapat benar-benar terbebas atau terlepas dari penderitaan, itu dikarenakan manusia masih terbelenggu oleh segala wujud luar, hati dijadikan "budak" dari wujud sehingga nurani yang sejati tidak dapat menjadi "tuan rumah" atas dirinya sendiri, sehingga dengan sendirinya menyebabkan manusia selamanya bereinkarnasi dalam kelahiran dan kematian.

Oleh karena itu, arti dari jangan melekat pada wujud bukan hanya semata-mata tidak terikat pada penampilan Buddha saat meminjam raga Duta Langit (san chai) saja, melainkan harus memahami dharma sejati Para Buddha sebagai pokoknya. Lebih maju selangkah lagi, yaitu kalian hendaknya dalam keadaan apapun tidak tergerak hatinya dan selalu menjadikan hati nurani sebagai penentu, ini baru dapat sungguh-sungguh dikatakan sebagai tidak terikat pada wujud.

Murid-murid sekalian, kalian sering mengatakan: "Tidak menyimpang berarti Zhong (中 tengah), tidak berubah berarti Yong (永 tetap)", lalu apa arti dari Jalan Tengah Kebenaran?. Itu adalah saat sifat KeBuddhaan dari nurani tertampil keluar, bagaimana maksudnya?" Karena pada saat hati kalian sedemikian jernih dan bersih tanpa pamrih, tidak memihak kepada pihak manapun, dan tidak terikat pada segala benda, serta juga berarti saat kau tidak terikat pada segala wujud, dan hatimu tidak tercemari dan terpengaruhi (tergerak) oleh segala benda materi.

Pada saat itulah, hatimu sedemikian bersihnya, demikian tidak adanya pamrih dan saat itu benar-benar tidak menuntut apapun juga, itulah yang dikatakan sebagai Jalan Tengah, yang juga merupakan perwujudan dari Hati Buddha. Sehingga yang disebut jangan melekat pada wujud adalah penampilan dari Aku Sejati! Kalau sampai kamu melekat pada segala yang berwujud, berarti selamanya berada di dalam perputaran kelahiran dan kematian, sehingga sama sekali tidak dapat mencapai tingkat Buddha.

 

10. Prosedur yang Jelas dan Bersih (shǒu xù bì qīng - 手 續 必 清)

Didalam buku kuno tertulis "Sepeser uang dari KeTuhanan (vihara) , nilainya setinggi Gunung Himalaya, bila berhati curang dan tidak jujur, maka harus membayar dengan memakai bulu dan tanduk (menitis ke jalur hewan)". Murid-murid sekalian, mengertikah kalian? Karena uang KeTuhanan (Vihara) adalah uang "darah dan keringat " dari setiap umat vihara, meskipun nilainya kecil, tetapi merupakan pemberian yang tulus dari mereka, dan pada saat menjadi milik vihara, maka nilainya akan setinggi dan sebesar Gunung Himalaya.

Oleh sebab itu, bila ada orang yang beramal dana dan yang kemudian dana itu menjadi milik vihara dan engkau tidak melaporkannya dengan jelas dan mempergunakannya untuk tujuan yang tidak jelas, maka meskipun hanya memakai sepeser uang KeTuhanan tetapi dikarenakan 1 niat yang serakah, tidak jujur melaporkannya, pengurusan keuangan vihara yang tidak bersih sehingga harus menerima balasan hukum karma, sampai harus terlahir sebagai sapi atau kuda untuk membayarnya.

Oleh karena itu murid-muridKu sekalian barang-barang dan uang yang merupakan amal sumbangan dari umat harus diterima dan digunakan dengan sejelas-jelasnya, kalau saja engkau berbuat sembrono lalu muncul niat serakah dan tidak memegang teguh kebersihan diri (jujur) , dengan demikian nantinya pasti akan menerima penderitaan. Dalam hal ini murid-murid sekalian harus benar-benar berhati-hati!

Dikarenakan Hukum TUHAN yang sangat "ketat" maka sekecil apapun pasti diperiksaNYA, kalian masing-masing mempunyai sebuah buku catatan "Catatn Perhitungan" di Nirwana, di dalamnya tercatat dengan demikian jelasnya segala perbuatan sampai pada hal yang sekecil-kecilnya, dan sedikitpun tidak akan ada kekeliruan ataupun yang tidak tercatat.

Maka mulai sekarang segala barang amal dan uang amal dari umat di dalam vihara, kalian harus mempertanggung jawabkan dengan sejelas-jelasnya dan tidak boleh sembrono , kalau demikian baru dapat dikatakan bersih dalam pengelolaan keuangan vihara dan baru mempunyai harapan mencapai KeBudhaan.

 

11. Pergi Berpamit Pulang Bersalam (chū gào fǎn miàn - 出 告 反 面)

Pergi adalah keluar (出 meninggalkan) dan lapor adalah memberitahukan (告 melaporkan). Kembali adalah kembali lagi (反 datang kembali) . Dan bertemu muka (面 Mien) adalah memberi tahu (kabar) saat bertemu.

Apa yang dimaksud melapor saat pergi dan kembali yaitu mengenai segala urusan yang dipesankan oleh pendahulu baik yang besar maupun yang kecil, jauh dan dekat, semuanya harus diingat dengan baik, lalu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Saat pekerjaan selesai dikerjakan hendaknya dilaporkan dengan jelas dan jangan asal-asalan.

Atau sebagai seorang umat, bila ingin pergi menjalankan sesuatu hal, maka seharusnya meminta petunjuk pendahulu, melaporkan kepadanya dan menerima segala bimbingannya. Dan setiap saat kalau kembali dari bepergian juga harus segera melapor dan memberitahukan hasil dari pekerjaan, agar tidak membuat risau dan khawatir para pendahulu.

Peraturan Suci yang 1 ini, ingin mengingatkan para pembina Jalan KeTuhanan, bahwa dalam bersikap harus ada kesetiaan dan dalam mengerjakan segala hal harus penuh dengan rasa tanggung jawab, selain itu dalam hal sebagai atasan dan bawahan harus mempunyai tata kramanya, pergi maupun kembali ada sopan santunnya, jika selalu melapor saat pergi dan kembali dalam setiap hal, menyelesaikan tanggung jawab dan tugas secara sempurna, dengan demikian barulah tidak tercela dan dapat dikatakan telah menjalankan sesuai dengan Hakekat Hubungan Kemanusiaan.

Demikian juga halnya dengan semua "benih" Budha, yang terlahir dengan membawa ikrarnya masing-masing, juga harus melapor saat keluar dan memberitahukan saat kembali, setiap saat mengingat IBUNDA SUCI TUHAN YANG MAHA ESA, tidak melupakan Nirwana, jadi selalu dan setiap saat mengingat TUHAN YME. Dan orang yang setiap waktu dapat membina diri dan menjalankan KeTuhanan baru dapat dikatakan sebagai orang yang benar-benar mengerti akan makna melapor saat pergi dan kembali yang sesungguhnya.

 

12. Tidak Mengacaukan Sistem/Silsilah (bù luàn xì tǒng - 不 亂 系 統)

Tidak mengacaukan adalah tidak boleh membuat kacau, sedangkan garis adalah benang, yaitu mewakili seuntai benang emas. Silsilah (keutuhan - kesatuan) adalah tujuan dari TAO yang Maha Agung dalam memimpin segala makhluk, yang juga merupakan rohani diri dari masing-masing orang.

Oleh karena itu yang dimaksud dengan tidak mengacaukan garis silsilah KeTuhanan, sebenarnya bermakna bahwa setiap orang yang membina diri tidak boleh meninggalkan KeTuhanan Sejati. Segala sesuatu seharusnya menjadi nurani diri sebagai "pemilik", tidak boleh salah memasuki aliran (kepercayaan) sampingan, inilah makna sebenarnya dari tidak mengacaukan garis silsilah KeTuhanan.

Sedangkan yang dimaksud "Benang Emas" ada 2 jenis, yang 1 adalah yang bersifat kerohanian dan lainnya bersifat keduniawian (pada dunia nyata). Benang emas dari Firman Tuhan yang bersifat kerohanian, sesungguhnya adalah hati KeTuhanan dan rohani diri dari masing-masing orang, yang dapat berhubungan dari 1 hati ke hati lainnya. Dan juga hati nurani yang dapat menembus dan berhubungan dengan TUHAN dan Para Budha.

Rohani ini, meskipun pada Orang Suci sekalipun tidak bertambah dan tidak menjadi berkurang pada orang biasa. Pada saat setiap orang dalam keadaan hati yang jernih tanpa nafsu keinginan, dan tidak ada ke-egois-an, tiada "Aku", maka dengan sendirinya rohani menyatu dengan TUHAN, roh kudus pun menembus alam abadi, yang berarti tidak berpindah 1 langkahpun, itulah Nirwana.

Murid-murid sekalian, demikianlah pada saat ini, benang emas kerohanian kalian dengan sendirinya mengeluarkan sinar cemerlang dan terangnya rohani memancar sampai ke segala pelosok alam semesta. Benang emas di dunia nyata ini, adalah mengenai dirimu yang mempunyai jodoh dengan pengajak , penanggung, pandita dan Para Sesepuh pada kelahiran lampau sehingga pada masa stadium 3 di akhir jaman dan masa penyelamatan umum ini, bertemu kembali karena jodoh ini, saling berjumpa, sehingga baru mempunyai kesempatan yang baik ini dalam membina diri dan menjalankan KeTuhanan.

Murid-murid sekalian, pada masa akhir jaman ini Patriat Kung Chang (弓長) palsu dan Budha Maitreya palsu telah bermunculan, mereka dengan segala ke-gaib-an dan kemujizatan-nya menggoda dan membujuk para pembina KeTuhanan, dengan kepalsuannya mengacaukan yang sejati, dengan ajaran yang sesat mengacaukan yang tegak, dan bahkan sampai-sampai menyebut dirinya mempunyai Firman TUHAN, menawarkan keindahan dalam kepalsuan dan mengacaukan Kalangan KeTuhanan.

Murid-murid sekalian, pada jaman dunia dan keadaan kalangan KeTuhanan yang kacau ini, di mana hati manusia penuh dengan kejahatan dan sangat berbahaya, dan bilamana kalian tidak dapat memegang erat benang emas dan mengikuti pendahulu, memantapkan langkah kaki, dan membina kebajikan dalam, kemudian menentramkan diri sendiri, pada saat segala ujian besar dan bencana besar datang, bagaimana kalian memantapkan tekad tujuan hingga dapat terhindar dari bencan dan musibah tersebut?

Oleh karena itu, pada saat kalian dapat membina diri sampai tegak dan mantap,iblispun tidak dapat merasuk ke dalam diri, itulah yang sungguh-sungguh dimaksud dengan tidak mengacaukan garis KeTuhanan! Kalau hati sampai tidak tegak, sehingga iblis merasuki dan mempercayai segala ajaran sesat dan sampingan, lalu tidak menghormati dan menghargai para pendahulu dan pengajak. dengan demikian benang emas pun terputus, sehingga nyawa pun sulit terlindungi!

 

13. Menyayangi Fasilitas Umum (ài xī gōng wù - 愛 惜 公 物)

Milik umum adalah segala benda peralatan milik orang banyak, seperti barang-barang vihara adalah milik umum, milik vihara dan adakah kamu menjaga dan merawatnya dengan baik? dan mengutamakannya untuk tujuan yang baik? Kalau engkau dapat dengan baik memanfaatkan kegunaan dan keberhargaannya, inilah yang dikatakan menyayangi milik umum. Ataukah kamu membawanya pulang ke rumah, untuk dijadikan milik pribadi?

Murid-murid sekalian, apa yang dibicarakan di depan mengenai "pengelolaan keuangan vihara harus bersih" yang merupakan salah 1 Peraturan Suci, ketahuilah kalian bahwa "kalau tidak mencegah keserakahan kecil maka musibah besar akan terjadi!" Oleh sebab itu, barang-barang milik umum jangan sampai dijadikan milik pribadi atau dengan sengaja dirusak!

Ada lagi, yaitu pandita, penceramah dan para pengurus di vihara yang mempunyai tugas menyebarluaskan Jalan KeTuhanan ini, apakah engkau menjaga dan menyayanginya? Adakah bersikap tidak hormat terhadap mereka? Adakah dalam pembicaraan menyinggung perasaan mereka? Ketahuilah bila engkau brsikap hormat terhadap mereka, berarti juga menyayangi milik umum. Karena mereka bertugas menyebarluaskan Jalan KeTuhanan dan termasuk orang-orang milik TUHAN. Apabila engkau tidak menghormati, tidak menyayangi mereka, ini berarti tidak menyayangi milik umum, apalagi sampai menyinggung dan mengumpat di belakang mereka!

Oleh sebab itu, menyayangi milik umum bukan saja hanyan menyayangi barang-barang milik vihara, tapi perlu juga menyayangi orang-orang yang ada di dalam vihara dan harus bersikap baik terhadap setiap orang, juga saling mencintai, menyayangi dan saling bahu membahu, inilah sebenarnya yang disebut menyayangi milik umum!

Murid-murid sekalian, kalian hendaknya memikirkan dengan baik-baik akan Hakekat Kebenaran ini! Engkau dapat menyayangi barang-barang milik vihara dan menghormati orang-orang dalam vihara berarti menyayangi milik TUHAN dan milik Para Budha, juga berarti seperti menyayangi Para Budha dan Bodhisattva dengan selayaknya.

Selain itu, kalian juga harus baik-baik menyayangi orang-orang yang berada di samping kalian, kalau kalian tidak menyayangi mereka, TUHAN tidak akan memberikan kader-kader untuk kalian pula, dengan demikian bagaimana dapat mengembangkan KeTuhanan dengan baik? Maka dari itu, kalian sebagai orang-orang depan harus menyayangi orang yang berada di samping kalian!

Biarkanlah mereka makan kalau saatnya mereka perlu makan, biarkanlah mereka istirahat kalau mereka perlu istirahat, berikanlah gizi tambahan dan istirahat bila memang diperlukan, ketahulah dengan adanya badan raga ini baru dapat berbuat amal jasa, jika sudah tidak memiliki badan raga bagaimana dapat memupuk amal jasa dan menyelesaikan ikrar?

Oleh sebab itu, sebagai pendahulu harus menyayangi umat, engkau tidak boleh sembarangan menghukum (menyalahkan) mereka, karena mereka pun milik dari vihara KeTuhanan, apalagi mereka juga merupakan kakak dan adik (saudara) dalam KeTuhanan. Oleh sebab itu, apabila tidak menyayangi orang yang berada di samping (yang turut membantu) juga berarti tidak menyayangi umum. Murid-murid sekalian, peraturan suci yang 1 ini, kalian harus menghayatinya lebih dalam lagi!

 

14. Supel dan Gesit dalam Bertindak (huó pō yìng shì - 活 潑 應 事)

Peraturan Suci yang sesungguhnya adalah TAO, dan itu adalah sesuatu yang "hidup" tidak mati, TAO sebenarnya adalah mengikuti keadaan luar (fleksibel), segala sebab dan jodoh dan perubahan yang terjadi, tetapi di dalamnya terkandung Hakekat Kebenaran yang terus berkesinambungan tiada hentinya. Oleh karenanya, sebagai seorang pembina juga harus mempunyai hati yang lincah-cekatan dan flexibel menyesuaikan keadaan, jangan kaku dalam memegang peraturan suci sampai tidak ada perubahan sedikitpun.

Misalnya terdapat 1 masalah dan saat itu pendahulu tidak ada, karena tidak dapat melapor atau memutuskan terlebih dahulu sedangkan masalah sudah di depan dan sangat penting, sehingga tidak dapat menunggu lagi dan harus segera dilaksanakan. Dengan demikian, kamu harus belajar menghadapi dan "memikulnya", lalu segera melaksanakannya, kalau tidak demikian akan mengacaukan masalah yang ada dan orang lain, ini berarti suatu kesalahan juga.

Murid-murid sekalian, ingatlah baik-baik bahwa segala perbuatan kalian, asalkan di hadapan TUHAN sesuai hati nurani dan terhadap umat manusia ada manfaatnya, yang juga berarti berbuat segala sesuatu yang berguna bagi orang lain, apabila kau telah menjalankannya dan masih saja tidak dapat dipahami dan malah disalahkan pendahulu kalian, kau masih tetap saja boleh mempertimbangkan untuk menjalankannya.

Karena yang dikerjakan kita adalah pekerjaan TUHAN, mewakili TUHAN menjalankan sesuatu, bukan mewakili siapa-siapa, melaksanakan pekerjaan besar yang menyangkut kelahiran dan kematian umat manusia, bukan melaksanakan urusan kecil duniawi manusia. Maka saat masalah sudah ada di depan, jangan ditelantarkan dan ditunda, asalkan diri sendiri berdasarkan hati KeTuhanan, hati demi umum, meskipun pendahulu tidak berada di tempat, maka kamu sendiri boleh melaksanakan dan memikulnya.

Asalkan kita memiliki dedikasi dan niat bahwa pelaksanaannya tertuju kepada TUHAN bukan berpokok pada pribadi manusia, dan TUHAN pasti akan memaklumi engkau. Apalagi dikatakan "Kembangkan cara, di mana tidak ada ketentuan dalam pelaksanaannya" karena umat manusia mempunyai "84.000" jenis hati dan pikiran (manusia mempunyai begitu banyak persoalan dan masalah yang berbeda-beda), maka kalian juga harus mempunyai cara yang sebanyak itu pula untuk mengatasinya.

Hendaknya belajar bagaimana : "Menghadapi masalah saat datang dan menenangkan diri saat masalah berlalu" di setiap waktu dan keadaan, jagalah baik-baik rohani diri yang sejati, pada saat menghadapi segala persoalan yang muncul sehingga pada saat itu menjadi mengerti akan makna dari "hati - pikiran timbul tanpa adanya suatu keterikatan - ketentuan" , ini baru termasuk flexibel dalam menghadapi masalah yang sesunggunya, dan baru bisa dikatakan mempunyai kearifan yang sangat tinggi.

Murid-murid sekalian, hati kasih Budha terdapat di mana saja, dan tidak tercemari oleh apapun juga. Tetapi hati manusia tidak tetap, tidak selamanya tidak berubah sehingga harus mempergunakan segala dharma untuk membimbing dan menyelamatkan hati manusia, agar setiap insan manusia dapat kembali ke Nirwana, dan itu merupakan kearifan yang perlu kalian persiapkan, serta hal yang perlu kalian pikirkan!

 

15. Cermat Menjaga Ucapan dan Perilaku (jǐn yán shèn xíng - 謹 言 慎 行)

Orang dahulu mengatakan "Kata-kata adalah suara dari hati, perbuatan adalah refleksi dari hati", itu berarti kata-kata dan ucapan dapat mewakili suara hati seseorang, sedangakan perbuatan refleksi dari hati seseorang. Oleh karena itu, engkau mempunyai hati yang bagaimana maka akan tertampil keluar melalui ucapan dan perbuatan yang sama pula.

Demikian juga, kalau engkau tidak mempunyai hati pikiran yang seperti itu maka dengan sendirinya tidak akan ada ucapan dan perbuatan yang begitu pula. Maka dari itu, apapun ucapan dan perbuatanmu, sesungguhnya mencerminkan segala hati - pikiran dari hati dirimu. Karena itu, setiap ucapan dan perbuatanmu berarti mencerminkan dirimu yang sekarang dan yang apa adanya!

TAO sesungguhnya tidak bisa ditinggalkan sekejappun, apalagi diketahui bahwa "Langit itu tidak berkata-kata dan bumi pun diam", sehingga keberhargaan TAO perlu ditampilkan dari diri kalian. Kalau demikian halnya, bagaimana boleh engkau tidak berhati-hati dan waspada pada ucapan dan sikap perbuatan sendiri, sehingga tidak menghormati Budha dalam diri sendiri?

Apalagi TUHAN mempunyai hukumNYA sendiri, negara pun mempunyai Undang-Undangnya sendiri, demikian juga vihara mempunyai peraturan suci yang harus dipatuhi. Bila engkau tidak hati-hati dalam berbicara dan berbuat, lalu menciptakan dosa dan kekhilafan yang berasal dari kesalahan mulut (ucapan) , ini bukan saja melukai orang lain tapi akhirnya akan melukai dirimu sendiri.

TUHAN selalu bersikap adil terhadap setiap manusia, dan bersifat adil merata tanpa membeda-bedakan, semuanya dilandaskan; "jasa yang sedikitpun tidak tertutupi dan kesalahan sekecil apapun pasti diperiksa". Murid-murid sekalian, oleh sebab itulah dalam hukum karma "besi" (mutlak dan pasti) yang tidak dapat diubah, bagaimana mungkin kalian berbuat kesalahan dan dosa lalu tidak menerima akibat dan hukuman dari TUHAN? Oleh karena itu, jangan engkau melukai orang lain dengan kata-kata dan ucapan, atau menghancurkan kebajikan dengan kata-kata dan terlebih-lebih lagi dengan kata-kata yang menghambat suatu masalah!

Engkau seharusnya dengan ucapan memberikan manfaat bagi orang lain, dengan kata-kata menambah kebajikan diri, dengan ucapan menciptakan keberhasilan! Terlebih lagi sebagai seorang pembina KeTuhanan seharusnya dengan mulut mengucapkan Hakekat Kebenaran, hanya membicarakan urusan KeTuhanan, tidak berbicara yang tidak-tidak (gosip) , tidak membuat dosa mulut, tidak mengucapkan kata-kata yang tidak baik dan sesat, menghilangkan canda dan cemooh, inilah sesungguhnya yang dimaksud dengan berhati-hati dalam ucapan.

Demikian juga halnya dengan hati-hati dalam perbuatan, engkau bukan saja perlu berbuat sesuai dengan apa yang diucapkan, menjadikan diri sebagai teladan, tapi dirimu sendiri juga harus menjalankan kebajikan, menyebarluaskan Jalan KeTuhanan, di mana dan kapan pun menjadikan hati KeTuhanan sebagai hatimu, dalam setiap pekerjaan adalah demi umat manusia, setiap saat selalu waspada , menjaga dan berhati-hati akan diri sendiri, hati dan pikiran yang teliti dan tegas, mengurangi kesalahan diri, dengan demikian kata-katamu pun menjadi sempurna dan tidak membuat dosa dari mulut, dan perbuatanmu pun baik tanpa cela dan penyesalan.

Inilah orang-orang yang benar-benar menyebarluaskan Jalan KeTuhanan dan merupakan orang yang menegakkan diri dan menjalankan KeTuhanan dengan sesungguhnya! Guru telah menerangkan secara singkat 15 Peraturan Suci di atas, dan berharap murid-murid sekalian bisa membina diri dan menjalankan KeTuhanan dengan sebaik-baiknya, dan berbuat sesuai dengan peraturan-peraturan tersebut, kalau demikian Guru pun menjamin kalian pasti dapat mencapai tingkat KeBudhaan!

Tetapi kalian harus benar-benar ingat bahwa peraturan suci ini ditentukan oleh TUHAN dan kalian jangan sekali-kali menetapkan peraturan suci sendiri, terlebih-lebih pada masa akhir jaman ini. Bila kalian ingin menjalankan pekerjaan TUHAN, kalian harus mengikuti dan menjalankannya sesuai dengan garis KeTuhanan dan 15 peraturan suci ini, dengan demikian kamu pasti dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lancar, baik dan sesuai kehendak TUHAN.

Mengenai tata krama dalam kehidupan sehari-hari dan tata tertib lain dalam vihara, kalian bisa mempertimbangkan keadaan yang ada dan menjalankannya. Tetapi terhadap 15 Peraturan Suci ini , yang merupakan tata cara mencapai tingkat KeBudhaan, asalkan kalian mau menghayati dengan teliti dan menjalankan dengan sekuat tenaga dan sebaik mungkin, maka kamu akan mengerti bahwa itu merupakan pedoman dalam membina diri dan syarat kebenaran dalam menjalankan KeTuhanan.

Murid-murid sekalian, kalian mengatakan betapa pentingnya Peraturan Suci ini, tetapi mengapa kalian tidak memegang dan mematuhinya dengan sungguh-sungguh dan membina berdasarkan Hakekat kebenaran! Terakhir, kalian perlu baik-baik mengingat bahwa Kitab Thai Shang Kan In Pien (Kitab Pembalasan dari Nabi Lao Tze) yang mengatakan : "Keberuntungan dan kemalangan sebenarnya tiada berpintu, dan hanyalah manusia yang menciptakannya. Pembalasan akan perbuatan baik dan jahat bagaikan bayangan yang mengikuti wujudnya".

Murid-murid sekalian, segala perbuatan kalian itu, apakah ke arah keberuntungan atau ke arah mala petaka, semuanya ini terletak pada diri kalian sendiri, dan TUHAn tidak akan tidak memeriksa dengan seteliti-telitinya dan tidka akan ada yang terlewatkan dalam "catatanNYA"! Seperti saat kalian dengan seketika mempunyai niat hati yang baik, maka TUHAN akan memberikan keselamatan pada kalian, tetapi jika seketiak muncul niat jahat, TUHAN pun dengan sendirinya akan memberikan hukuman padamu.

Meskipun mata awammu tidak dapat melihatnya, dan pembalasan pun belum sampai, tapi ingatlah bahwa hukum TUHAN demikian adil di mana perbuatan baik dan jahat pasti ada pembalasannya! Waktu yang begitu mendesak pada akhir jaman ini, dimana TUHAN menguji manusia dan manusia pun menguji sesamanya, hingga sudah sampai saatnya yang baik dan yang jahat harus dipisahkan. Murid-murid sekalian, apakah kalian dapat berlaku hati-hati dalam setiap masalah dan menjaga diri dengan baik, hingga sampai saat terakhirpun, hatimu tetap tidak berubah!

Pada saat perpisahan ini, Guru tidak mempunyai apa-apa yang dapat diberikan kepada murid-murid terkasih, Guru hanya dapat secara diam-diam berdoa bagi kalian, agar setiap orang dapat "Mempertahankan hati ketulusannya yang pertama dan membalas rahmat TUHAN serta menyelesaikan ikrar", sehingga di kemudian hari dapat kembali ke Nirwana! Bolehkah!
Murid-muridKu, selamat tinggal!